Jumat, 21 Desember 2012

Kau ditakdirkan sebagai cerminku


Imagine thiz:
Aku sang SINGA dan Kau si RUSA
tapi ini bukan sekedar kisah klasik ttng singa yg jatuh hati pada buruannya

dan tentu saja aku bukan vegetarian :D

yeep, let's start the story


Seekor singa tampak berjalan menyusuri hamparan padang rumput kering.,,,,,


(suasana latar boleh ditambain: sore hari; langit bersih tanpa awan dan membentuk siluet di arah barat; burung-burung berterbangan kembali ke sarangnya; para predator nokturnal mulai mempersiapkan diri untuk berburu;)

                                                                                                     ***
Singa itu punya segala hal yang diperlukan untuk berburu dan dia predator paling tangguh di kaumnya. Agility, preciseness, strength, intelligence, dan fearlessness telah diberkahkan Tuhan untuknya. Tapi itu bukan bawaan lahir. Semuanya adalah hasil perjuangan dan latihannya bertahun-tahun. Tidak percaya???? Lihat saja luka-luka bekas cakar dan tandukan di sekujur tubuhnya.
Waktu demi waktu berlalu, Ia merasa hidupnya sangat menjemukan. Berburu dan bertarung menjadi rutinitas yang membosankan. Ia menyadari bahwa ia  belum banyak belajar. Ia harus keluar dari bingkai hidupnya yang sekrang. Ia harus meninggalkan zona nyaman yang telah lama ia ciptakan dan memulai hidup baru yang menggairahkan.
Sewaktu kecil, sang singa pernah mendengar dongeng tentang "SUNGAI KEHIDUPAN". Menurut cerita, siapa pun yang minum dari sungai kehidupan akan memperoleh kehidupan abadi.
Waktu itu juga, ibunya tengah sekarat dan memang telah sakit bertahun-tahun. Sang Singa kecil memutuskan mencari "SUNGAI KEHIDUPAN" untuk kesembuhan ibunya tercinta. Hanya saja, sayang, waktu itu ia belum memiliki apa-apa. Ia hanya singa kecil yang juga tidak tahu apa-apa.
Sendiri melakukan perjalanan, dan tatkala sampai di batas daerah jajahan kawanannya, ia mendengar longlongan serigala dari arah depan. Ketakutannya mulai muncul. Kakinya bergetar dan lemas. Tampak kawanan serigala tengah menunggunya beberapa meter. ia menghentikan langkah. Diingatnya muka pasi ibunya dan mencoba mmbangkitkan keberanian. Ia coba mengaum dan yang keluar hanya jeritan bayi, terdengar cempreng dan sangat cengeng. Para serigala melonglong mengesankan bahwa mereka menertawakan sang singa kecil. Para serigala mulai berlari ke arahnya. Ketakutannya bertambah dan tak tahu harus berbuat apa.
Dan tatkala ketakutannya memuncak dan ia mulai berlari juga, dan tentu ke arah lain. Ia tidak bisa berfikir, ketakutan-ketakutan telah memenuhi raga dan pikirannnya. Karena berlari tanpa arah itu, kakinya terjerat semak belukar dan ia jatuh terlempar beberapa meter. Kepalanya menubruk batang akasia. Darah segar mengalir dari hidungnya. Para serigala yang berjumlah 5 ekor itu semakin dekat. Ia berfikir, inilah akhir hidupnya. Perjalanan hidup pendek seekor bayi singa cengeng yang tidak mungkin dicatat dalam sejarah. Ia mulai menangis. Mengingat masa-masa kecilnya yang indah. Masa-masa tatkala ia dimanjakan ibu dan kawanannya. Masa-masa ketika ia tidak mau belajar apa pun. Masa-masa ketika ia hanya bermain dan bermain. dan ditarik lebih jauh lagi, moment ketika ayahnya meninggal. Yang mati demi memperjuangkan hidup kawanannya, mati di tangan kawanan hyena yang waktu itu juga juga menghilang entah kemana.Ia teringat ucapan ayahnya, sebelum ia menutup matanya untuk terakhir kalinya, "Nak, jagalah cinta ayah, dan jadilah kau matahari"
Sekarang di sini ia terbaring. Tanpa siapapun dan tanpa berpesan apapun. Setidaknya, ia telah berusaha menjaga cinta ayahnya, pikirnya. Tapi apakah yang dimaksud ayahnya sebagai cinta itu hanyalah ibunya? ia sudah tidak bisa berfikir lagi. Kesakitannya semakin menambah ketakutannya dan ia takut mati.
Dan tiba-tiba seekor serigala menggigit punggungnya. ia meraung kesakitan. Raungan itu sangat besar dan membuat para kawanan serigala terkejut. Ia pun ikut terkejut. Serigala yang tadi menggigitnya berlari menjauh, diikuti serigala yang lain. Ia berfikir, mungkinkah malaikat maut telah membuat mereka kaget. Tapi ia masih merasakan sakit. Satu sosok benar-benar mendekat. dan ia memastikan, itu benar-benar malaikat maut.
"Berdirilah, nak. Ibumu telah pergi. Dan jasadnya menunggumu.", kata sosok itu.
Ia mencoba berdiri. Ternyata sosok itu adalah si Singa Tua, pengganti ayahnya sebagai pemimpin kawanan. Ia tidak percaya apa yang dikatakan si Singa Tua. Ia berlari dan berlari dan semakin kencang,  dan kali ini bukan tanpa arah, ke arah jasad ibunya.
                                                                                                ***
_Hari ini ia kembali menyusuri jalan yang sama. Jalan ketika ia seharusnya bisa menolong ibunya dari kematian. Hari ini, ia telah menetapkan mimpinya, dan mulai mengejarnya hari ini juga. Ia bukan lagi singa kecil yang takut akan apa pun. Ia adalah singa dewasa yang telah belajar banyak hal. Dan ia tidak akan mundur lagi seperti dulu. Namun. Bagaimana ia menemukan "SUNGAI KEHIDUPAN " itu? Ia sebenarnya tidak terlalu yakin kebenaran ceritanya. Si Singa Tua yang bijak meyakinkan bahwa sungai itu benar-benar ada. "Untuk menemukannya, tidaklah perlu peta atau bertanya ke siapapun. Sekali kau percaya keberadaannya dan mulai mencarinya, maka alam akan menuntun langkahmu. Pertanda-pertanda akan muncul dan menunjukkanmu arah yang tepat, "kata si Singa bijak.
Ketika menuruni perbukitan, ia melihat sesuatu tengah bersembunyi di balik akasia yang tinggi menjulang. Ia mendekat dan dilihatnya satu sosok rusa tengah berbaring sakit parah di sana. Si rusa mencoba berdiri dan berlari, tapi ia terjatuh. Ia mengerang kesakitan. Antara kesakitan dan ketakutan tidak terlihat beda. Lukanya tampak parah. Sang Singa yang kebetulan tidak "bernafsu" tertawa dan memamerkan giginya."Kau tidak mungkin selamat, seandainya aku tidak sedang diet hari ini" katanya sambil mendekat dan lebih dekat.Si rusa hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa. Ia pasrah. Padahal, beberapa waktu yang lalu, ia telah memperjuangkan hidupnya dengan bertarung dengan hyena. Sekarang, ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa.
"Aku sedang dalam perjalanan menemukan impianku. Tapi aku melihat pertanda di dirimu. Aku bisa saja meluangkan sedikit waktuku untukmu".
"Aku baik-baik saja. Dan aku tahu apa yang di pikiranmu. Kau hanya menunggu saat yang tepat untuk mencabikku bukan?"
"Kau begitu optimis dengan hidupmu. Keluarlah dari cara pikirmu yang sempit. Lihatlah dunia luar.  Aku tidak selalu kejam."
"Kalau begitu, bisakah kau membawakan sebotol susu untukku, jika kau tidak benar-benar kejam. Aku ingin mengingat masa-masa kecilku sebelum kau benar-benar menunjukkan tujuanmu yang sebenarnya".
"Aku serius dengan apa yang kutawarkan, aku benar-benar ingin membantu", ungkap si Singa dengan mata berkaca-kaca. Ia kembali teringat ibunya. Pelajaran pertama, "Pejantan" tangguh sekalipun jika dihadapkan pada masa-masa kecilnya yang suram bisa menjadi serapuh daun-daun akasia yang menua.
"Baiklah, mungkin aku memang harus mempercayaimu. Aku  sudah tidak punya siapa-siapa. Dan aku tidak punya apapun untuk kujaga, termasuk mimpiku. Ia telah kukubur dan aku tidak benar-benar hidup.", jujur si Rusa. Ia melihat ketulusan dari sang Singa dan memang selama ini ia tidak bisa mempercayai siapapun.
lagi-lagi to be continueee.....................


_SAT-
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your Comment here, please:

Page